Satu hal yang dulu pas saya jadi dosen lumayan sering ditanyakan ke saya adalah seberapa banyak psikologi yang saya gunakan untuk mengasuh dan mendidik anak?

Dan jawabannya, susah sekali diungkapkan. Pengetahuan akan psikologi, terutama psikologi kognitif dan perkembangan, sangat membantu saya dalam mencoba mengerti fase-fase yang dialami anak. Lalu, apakah parenting saya jadi mudah? Jadi sempurna?

Tidak, sama sekali tidak.

Parenting adalah sebuah proses jatuh bangun bagi saya dan suami. Kami mencoba berdiskusi, memutuskan apa yang kami kira terbaik untuk anak. Kadang keputusan ini ternyata memang baik sekali baginya, kadang malah membuat keadaan jadi lebih buruk. Sebuah proses belajar, di mana di dalamnya kami belajar untuk mengerti, memaafkan (dan kadang, menertawakan) diri sendiri.

Mengetahui dasar-dasar psikologi membantu dalam artian saya jadi tahu secara umum, hal-hal apa yang mungkin bisa bekerja dengan baik, pendekatan apa yang mungkin bisa membawa hasil yang maksimal. Misal dalam behavioral training, bagaimana menanamkan kebiasaan hidup sehat bagi anak. Saya tahu, kalau apapun itu kebiasaan dibangun dari dua faktor dasar: Pengulangan (repetition), konsistensi (membuat suatu hal menjadi hal yang bisa ditebak anak), dan contoh perilaku dari orangtua. Jadi, misalnya saya ingin membangun kebiasaan sikat gigi setelah makan malam bagi anak, tiga faktor ini akan saya perhatikan. Anak harus setiap malam (pengulangan) setelah makan malam (predictability, konsistensi, anak bisa menebak kalau habis makan malam ia harus sikat gigi), dan contoh dari saya juga sikat gigi setelah makan malam.

Kira-kira begitu ya…☺