Rin menatap langit yang masih menyisakan kelabu dan sisa-sisa titik air di permukaan bumi. Mengkilap dan segar. Daun-daun yang bergelayutan di pepohonan tampak meliuk-liuk tertiup angin utara yang dingin, gemericik suara air dari sungai di belakang rumah terdengar, deras dan meringankan hatinya yang sedang dilanda galau.

Rin menghela napas, jari-jemarinya meremas kertas di tangannya. Sepucuk surat yang isinya telah menggelayuti pikirannya sepanjang hari.

Rin menyapukan pandangannya ke dua foto dalam frame di atas mejanya. Satu, sebuah foto tua. Fotonya dengan mama dan papa. Mama, yang meninggal saat ia berumur 12 tahun. Papa, yang bekerja begitu keras demi membiayai sekolahnya dan adik-adiknya.

Dan foto satu lagi, Ton, pacarnya. Ton, yang begitu tampan, begitu kurang ajar. Ton yang hobi memberi ultimatum akan apa yang harus ia lakukan dalam hidupnya.

Rin, kau harus kurusin badan…atau aku akan… Rin, kau harus bisa masak…atau aku akan…

Rin menghela napas. Ia meremas surat itu erat-erat. Ia mengembuskan napas, dan ditatapnya pelangi. Ya, pelangi yang muncul setelah hujan.

Ada saat dalam hidupnya, tatkala ia mengira Ton adalah berkat luar biasa untuk hidupnya. Ia harus menjaga Ton baik-baik, karena ia takut kehilangan dan kesepian.

Ton menghempasnya dan mengikis setiap percaya dirinya. Membuatnya merasa sebagai perempuan terbodoh di dunia.

Tapi ia bukan perempuan terbodoh sedunia dan segenap alam semesta membantunya untuk menyadari itu.

Profesor Pamela, profesor tua baik hati yang menjadi supervisor skripsinya yang membuatnya jatuh cinta pada fisika.

Fisika. Dunia tempat ia berkenalan dengan escape velocity.

Tahukah kau, bagaimana sebuah roket bisa terbang jauh melanglang ruang angkasa? Sebuah roket, harus bisa mencapai sebuah kecepatan yang luar biasa untuk bisa lepas dari tarikan gravitasi bumi yang akan selalu berusaha menariknya balik dan terhempas ke bumi. Sebuah kecepatan dan kekuatan untuk melepaskan diri. Escape velocity.

Rin mengangguk mantap. Dibukanya surat yang sudah lecek karena ia sibuk meremasnya sepanjang hari.

Letter of Acceptance. Graduate Program in Astronomy and Astrophysics. Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics.

Impiannya.

Rin mengambil sebuah pena, dan dengan cepat ia menandatangani garis di atas surat itu.

I, Rin Andromeda Vay, accept the offer to continue my graduate study at Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics.

Rin menatap foto Ton satu kali lagi, menggeleng, lalu melemparnya ke dalam tong sampah.

Rin mengambil secarik kertas, dan mulai menulis untuk Ton.

Dear Ton, I have reached my escape velocity. I am flying away from you. And you? Well, you can go to hell.